Archive for Juli, 2010


Pendekatan TERES

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.        Landasan Teori

1. Hakikat Pembelajaran

Menurut konsep komunikasi (dalam Darhim, 1992),  pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Siswa sebagai komunikan sedangkan komunikatornya adalah guru dan siswa itu sendiri. Proses komunikasi yang mungkin terjadi dalam pembelajaran adalah komunikasi searah, komunikasi dwiarah, atau komunikasi multiarah. Salah satu indikasi efektifnya suatu  pembelajaran apabila terjadi komunikasi multiarah yaitu kadar keaktifan siswa tinggi, guru maupun siswa dapat sebagai komunikator, pembelajaran akan lebih bervariasi.

Menurut Schminke (1973), pembelajaran akan optimal apabila siswa diikutsertakan secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini bisa dilakukan melalui penemuan, diskusi terbimbing dalam kelompok kecil, atau melalui kegiatan-kegiatan yang secara aktif merespon stimulus dari guru.

Menurut Syarifuddin (2008), hakekat pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas atau sekolah yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika di sekolah).

2. Pengertian belajar

Para ahli mengatakan bahwa belajar bukan sekedar penguasaan bahan akan tetapi terjadinya perubahan tingkah laku anak sehingga terbentuk suatu kepribadian yang baik. Banyak ahli pendidikan yang memberikan definisi tentang belajar. Berikut diberikan beberapa definisi tentang belajar menurut para ahli.

Menurut Muhibbin (2006), Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Thurshan Hakim (dalam Sobry, 2007), mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir dan kemampuan yang lain. Sedangkan menurut Morgan (dalam Sagala, 2008), belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan kearah yang lebih baik, baik itu perubahan tingkah laku, sikap, kemampuan dan keterampilan.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Mengenai prestasi belajar para ahli juga memiliki pendapat yang berbeda-beda. Wijaya dan Rusyan (1994) menyatakan bahwa prestasi belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku pada siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar berlangsung  yang berupa nilai atau angka. Sedangkan menurut Djamarah (1998), prestasi belajar merupakan hasil dari suatu kejadian yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun secara kelompok.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil perbuatan belajar seseorang yang dinyatakan dalam bentuk angka (kuantitatif) maupun pernyataan (kualitatif) melalui proses pengukuran terhadap tingkah laku yang dihasilkan dari proses belajar mengajar.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Menurut Slavin (2009), pembelajaran kooperatif umumnya terjadi bila beberapa siswa belajar secara kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Ibrahim (2000), umumnya belajar secara kooperatif adalah belajar dengan kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang, agar siswa dapat saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran secara tutorial, melakukan diskusi dan kuis sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar mereka baik secara individual mapun secara kelompok.

Ibrahim (2000) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
  2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
  3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
  4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu

Beberapa keuntungan dalam pembelajaran kooperatif antara lain yaitu:

  1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
  2. Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil
  3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
  4. Interaksi antar siswa seiring peningkatan mereka dalam berpendapat.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar secara berkelompok dengan kemampuan yang berbeda-beda untuk mengembangkan potensinya masing dalam menuntaskan materi pembelajaran. Siswa dilatih berfikir kritis dan sifat toleran terhadap siswa lain. Beberapa keuntungan model pembelajaran kooperatif yaitu siswa bekerja secara berkelompok, menumbuhkan rasa saling meghormati dalam perbedaan, dan mengembangkan keterampilan sosial.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Tahap-tahap pembelajaran kooperatif

Fase Aktivitas Guru
Tahap I

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memberikan motivasi kepada siswa
Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase 3

Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
Tahap 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok

Sumber:Tim MKPBM (2001)

5. Pendekatan TERES

Pendekatan TERES merupakan sebuah pendekatan yang termasuk dalam model pembelajaran kooperatif. TERES diambil dari sebuah nama binatang kecil yang banyak ditemukan dilingkungan kita. TERES dalam kamus bahasa sasak indonesia adalah semut. Dari binatang kecil inilah muncul ide untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran.

Dalam bekerja semut melakukannya secara berkelompok, saling menghormati, pembagian tugas dalam kelompok dan bekerjasama untuk mengangkut makanan ke dalam sarangnya. Cara bekerja  seperti inilah yang akan diterapkan dalam pendekatan TERES. Terstruktur, Efektif dan Realistik merupakan kepanjangan dari TERES, yang selanjutnya menjadi dasar dalam pengembangan untuk menerapkan pendekatan ini dalam pembelajaran. Pendekatan TERES dalam pelaksanaannya akan didukung oleh model kooperatif tipe jigsaw.

Menurut Ibrahim (2000), Jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif dimana siswa dibagi dalam kelompok belajar heterogen dengan 5 atau 6 orang anggota yang menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok ahli terdiri dari satu anggota dari tiap kelompok asal. Tugas siswa dalam pembelajaran ini adalah siswa mempelajari sendiri persoalan dalam kelompok ahli kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari persoalan itu. Maksudnya setiap siswa bertanggungjawab mempelajari satu persoalan yang diberikan. Siswa yang mendapat persoalan yang sama pada masing-masing kelompok asal akan berkumpul mendiskusikan persoalan itu saja. Mereka ini dinamakan kelompok ahli. Setelah selesai berdiskusi kelompok ahli ini kembali ke kelompok asalnya dan mengajarkan apa yang telah dipelajari pada teman kelompoknya.

a. Pembelajaran Terstruktur

Pada pembelajaran matematika, guru harus memberikan materi pelajaran secara terstruktur dan tepat sesuai dengan tingkat pemahaman seorang siswa. Menurut Mardiyanti (2009), memilih materi matematika yang akan diajarkan kita pergunakan kriteria, yaitu validitas, signifikansi dan kesiapan serta kegunaan. Validitas berarti materi yang dipilih harus mendukung tercapainya tujuan. Signifikansi berarti konsep-konsep disusun berhubungan sedemikian hingga berurutan secara hirarkis dan merupakan kesatuan yang utuh. Kesiapan berarti materi yang dipilih harus dapat dipelajari peserta didik. Kegunaan berarti materi yang dipelajari peserta didik harus bermanfaat bagi kehidupan dan profesi yang akan dipilihnya. Kesiapan peserta didik untuk belajar matematika perlu dipertimbangkan apabila kita menghendaki keberhasilan peserta didik dalam belajarnya. Karena itu guru hendaknya menyadari bahwa periode berpikir operasi formal yang dikemukakan piaget berlangsung selama belajar di sekolah.

Menurut Tim MKPBM (2001), matematika mempelajari tentang pola keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan. Hal itu dimulai dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan (undefined terms, basic terms, primitive terms), kemudian pada unsur yang didefinisikan, ke aksioma/postulat, dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Ibarat membangun sebuah gedung bertingkat, lantai kedua dan selanjutnya tidak akan terwujud apabila pondasi dan lantai sebelumnya yang menjadi prasyarat benar-benar dikuasai, agar dapat memahami konsep-konsep selanjutnya.

Oleh karena itu, dalam penyampaian pelajaran matematika seorang guru harus memperhatikan struktur atau signifikansi dari sebuah materi sebelum diajarkan kepada siswa, sehingga siswa mudah memahami materi serta konsep yang tidak tumpang tindih. Selain itu, seorang guru hendaknya memperhatikan strategi, serta teknik dalam penyampaian sehingga pembelajaran benar-benar terurut secara terstruktur dan terurut.

b. Pembelajaran Efektif

Menurut Mardiyanti (2009), pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam pemilihan materi pelajaran guru harus memperhatikan validitas dari materi yang akan disampaikan. Validitas materi adalah ketepatan atau kesesuaian pemilihan materi yang dapat mendukung tujuan pembelajaran.

Menurut Suheman (1992), kegiatan belajar mengajar dapat disebut efektif apabila tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Demikian pula dengan kegiatan belajar mengajar matematika dapat dikatakan efektif apabila tujuan pengajaran matematika dapat dicapai dengan baik.

Jadi pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan pembelajaran tercapai dengan memperhatikan validitas materi yang akan diajarkan. Selanjutnya efektif inilah yang dimaksudkan dalam pembelajaran TERES.

c. Pembelajaran Realistik

Salah satu pembelajaran matematika akhir-akhir ini sedang marak dibicarakan orang adalah menggunakan pendekatan realistik. Menurut Tim MKPBM (2001), beberapa hasil penelitian dibeberapa  Negara menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan realistik, sekurang-kurangnya dapat memuat:

  1. Matematikan lebih menarik, relevan, dan bermakna tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak.
  2. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
  3. Menekankan matematika pada ‘learning by doing’,
  4. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa menggunakan penyelesaian (algoritma) yang baku
  5. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika (Kuifer & Knuver, 1993)

Menurut Tim MKPBM (2001), kerangka pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik mempunyai kelebihan yaitu menuntut siswa dari keadaan yang sangat konkrit (melalui proses matematisasi horizontal, matematika dalam tingkat ini adalah matematika informal). Biasanya siswa dibimbing dengan diberikan masalah-masalah kontekstual dalam falsafah realistik, yang menggunakan dunia nyata sebagai titik pangkal permulaan dalam pengembangan konsep-konsep dan gagasan matematika.

6. Langkah-langkah pembelajaran TERES

Seperti yang telah dikemukakan di atas pembelajaran TERES merupakan pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu dalam pendekatan TERES akan dibentuk kelompok-kelompok tertentu yang terdiri dari 5-6 orang, yang pelaksanaanya akan didukung oleh model kooperatif tipe jigsaw. Dalam hal ini peneliti memandang TERES (Terstruktur, Efektif dan Realistik) dari segi persiapan guru. Oleh karena itu dalam pendekatan ini akan digunakan metode diskusi untuk membantu dalam proses pembelajaran.

Adapun langkah-langkah dalam penerapan model kooperatif   dengan pendekatan TERES adalah:

  1. Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa belajar.
  2. Guru menyajikan informasi tentang model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan TERES.
  3. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar yang selanjutnya disebut koloni dalam pendekatan ini dan membantu setiap kelompok melakukan transisi dengan langkah-langkah:

a.   Membuat langkah-langkah bekerja melalui carta yang dipasang sedemikian rupa sehingga dapat dilihat oleh seluruh kelompok

b.   Guru menetapkan suatu tempat untuk setiap kelompok belajar dan menandai dengan jelas tempat itu

  1. Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mempelajari materi.
  2. Guru memberikan evaluasi
  3. Guru memberikan pengakuan prestasi kelompok

Dalam pelaksanaannya model kooperatif dengan pendekatan TERES dilaksanakan dengan metode diskusi. Diskusi kelompok dilakukan dengan metode jigsaw, yaitu dengan adanya kelompok asal dan kelompok ahli. Masing-masing kelompok yang sudah dibentuk akan diberikan modul yang berisi ringkasan materi dan LKS serta soal-soal yang harus dipelajari. Modul yang diberikan boleh dibawa pulang agar dapat dipelajari di rumah sehingga dapat didiskusikan pada pertemuan berikutnya. LKS yang ada dalam modul akan didiskusikan bersama kelompok asal, sedangkan untuk masing-masing anggota kelompok akan mendapatkan satu soal dalam modul, anggota dari masing-masing kelompok yang mendapat nomor soal yang sama akan berkumpul menjadi satu untuk mendiskusikan soal tersebut dalam kelompok ahli. Setelah soal selesai dikerjakan, masing-masing anggota kelompok akan berkumpul lagi dalam kelompok asal untuk saling menjelaskan tentang apa yang masing-masing mereka dapatkan. Selanjutnya hasil dari diskusi ini akan diprenstasikan di depan kelas oleh perwakilan kelompok.

7. Karakteristik Pendekatan TERES

Berdasarkan telaah pustaka dan kajian penulis pendekatan TERES memiliki beberapa karakteristik yaitu:

  1. Menganut prinsip ‘learning by doing’
  2. Adanya pembagian tugas dalam kelompok
  3. Terdapat pemimpin yang harus dipatuhi
  4. Memiliki tim yang bertanggung jawab
  5. Pembelajaran berlangsung hingga di luar kelas/jam pelajaran

8. Tinjauan tentang Materi Bentuk Pangkat, Akar dan Logaritma

1. Bentuk Pangkat

Dalam Sucipto (2004), bentuk pangkat dibedakan menjadi:

  1. Pangkat Bulat Positif

Definisi:

Jika n adalah sebuah bilangan bulat positif dan a bilangan real maka an didefinisikan sebagai perkalian n faktor yang masing-masing faktornya adalah a.

a disebut sebagai bilangan pokok, sedangkan n disebut pangkat.

an = a x a x a xx a

n faktor

Contoh:

1).

2).

  1. Pangkat Nol dan Pangkat Bulat Negatif

Definisi:

1. Untuk setiap a bilangan real bukan nol, maka

2. Jika n bilangan bulat positif dan a bilangan real bukan nol maka

Contoh:

1)

2)

Sifat-sifat Pangkat Bulat Positif

1.

2.

3.

2. Bentuk Akar

a. Pengertian Bilangan Rasional dan Bilangan Irasional

Dalam Awalia (2009), bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai  dengan a dan b adalah bilangan bulat dan dapat juga dinyatakan dalam bentuk desimal berulang. Sedangkan bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dapat dinyatakan dalam bentuk   dengan a dan b adalah bilangan bulat dan atau merupakan desimal tidak berulang

b. Pengertian Bentuk Akar

Bentuk akar adalah akar bilangan yang bukan bilangan rasional. Kita dapat menentukan dengan tepat nilai akar kuadrat dari suatu bilangan yang dinyatakan dengan . akan tetapi bilangan yang dinyatakan dengan disebut bentuk akar, karena bilangan-bilangan tersebut tidak dapat dinyatakan dalam bentuk   dengan a dan b adalah bilangan bulat dan

c. Perhatikan sifat berikut:

dan

Kaidah-kaidah yang berlaku pada pangkat bulat positif, dapat berlaku juga untuk pangkat rasional. Untuk setiap bilanga real a dan b, dan bilangan bulat m dan n sedemikian sehingga  dan  adalah real maka:

Sifat:

1.  =  jika n genap

a jika n ganjil

2.

3.

4.

d. Operasi Aljabar Bentuk Akar

Telah kita ketahui bahwa hokum-hukum komutatif, asosiatif, dan distributif  berlaku untuk pengerjaan-pengerjaan penjumlahan dan perkalian dalam himpunan bilangan real.

Jika a dan b bilangan-bilangan rasional positif, maka:

  1. .

3. Logaritma

Dalam Sucipto (2004), Logartima berasal dari dua kata yunani yaitu Logos (pangkat) dan Arithmos (bilangan). Logaritma sebagai invers (kebalikan) dari bentuk pangkat.

a. Definisi

untuk

jika hanya jika

a disebut bilangan pokok

x disebut numerous

y merupakan hasil logaritma

b. Sifat-sifat logaritma

jika x dan y bilangan real positif dan r bilangan real, dimana  maka:

  1. =

B.        Kerangka Berfikir

Selama ini pembelajaran di SMAN 7 Mataram masih menggunakan metode klasikal serta berpusat pada guru, sehingga siswa lebih banyak mendengarkan dan jarang  melakukan sendiri apa yang akan dipelajari. Hal ini membuat siswa menjadi bosan dalam belajar sehingga muncullah rasa malas yang berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

Pemilihan pendekatan yang tepat sangat dibutuhkan oleh seorang guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar mudah dimengerti oleh siswa. Untuk membuat siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran, siswa harus lebih banyak melakukan sendiri, menemukan sendiri konsep-konsep yang ada. Oleh karena itu model kooperatif dengan pendekatan pembelajaran TERES (Terstruktur, Efektif, dan Realistik) sangat memungkinkan untuk dapat membuat siswa lebih aktif dan melakukan sendiri dalam menemukan konsep dalam belajar.

Pendekatan TERES adalah sebuah pendekatan yang diadopsi dari cara sekelompok semut dalam bekerja. Adanya pembagian tugas, kerjasama tim yang kompak, serta pemimpin yang harus dipatuhi, serta rasa saling menghormati antara anggota tim. Dalam bekerja seekor semut dapat mengangkat beban sepuluh kali dari berat badannya. Untuk ukuran manusia ini adalah hal yang mustahil bagi sebagian orang normal, namun dengan menggunakan otaknya, manusia bahkan dapat mengangkat beban seratus bahkan seribu kali berat badannya.

Dalam model kooperatif dengan pendekatan TERES siswa bekerja sama dalam tim yang selanjutnya disebut koloni dalam pembelajaran. Setiap anggota dalam koloni bertugas mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya sebagai bahan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Masalah disini deberikan berupa modul yang berisi tugas-tugas terstruktur yang harus diselesaikan dalam tenggang waktu tertentu. Tugas-tugas tersebut akan didiskusikan lebih lanjut dengan koloni yang lain. Koloni terbaik adalah koloni yang dapat menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan dengan hasil yang maksimal.

Dengan cara pembelajaran di atas, siswa akan lebih banyak melakukan dan menemukan sendiri konsepnya sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu dapat diduga bahwa penerapan model kooperatif dengan pendekatakan pembelajara TERES pada pokok bahasan dimensi tiga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

C.        Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model kooperatif dengan  pendekatan TERES (Terstruktur, Efektif dan Realistik) pada pembelajaran materi Bentuk Pangkat, Akar dan Logaritma siswa kelas X-I SMAN 7 Mataram tahun ajaran 2010/2011 diduga dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa.

LESSON PLAN

Subject                                                : Mathematics

Grade/Semester                       : X/1

Materials                                 : Quadratic Equation

Time Allocation                      : 2 x 45 minutes ( 1x meeting)

  1. Standard of Competence

Solving the problems which related to the functions, quadratic equation and functions, and quadratic inequalities.

  1. Base Competence

Understanding the concept of function

  1. Indicator

–          Finding the formula of quadratic equation

–          Finding of the roots of quadratic equation by :

  1. factoring
  2. completing the sequare
  3. quadratic formula
  1. Objektives

–          Student are able to find the the formula of quadratic equation

–          Student are able to find the roots of quadratic equation by

  1. factoring
  2. completing the sequare
  3. quadratic formula
  1. Learning Materials

The solution of quadratic equations

  1. Learning Methods

Discussion and innovation

  1. Learning Activities
  1. Introduction
    1. Greeting
    2. Absent the student
    3. Conveying the objectives of learning
    4. Asking student understanding how the form of quadratic equation
    5. Main Activities
      1. Mentioning some ways to decide the roots of quadratic equation to the student
      2. Asking the student to find out the step of deciding the roots of quadratic equation
      3. Deviding the student into 4-5 groups
      4. Giving worksheet to each group
      5. Each group discusses the worksheet
      6. Asking are group randomly to present the result discussion and asking other groups to respon
      7. Mentioning the discussion
      8. Giving rainforcemen and conclution to the stident
  1. Clossing
    1. Giving exercise related to quadratic equation
    2. Remaining the students to relearn the materials at home
    3. Greeting
  1. Source of Learning

Text book in grade X at SMA

  1. Assesment

–          procedure of assessment

a. assessment of learning procces        : written test, attitude.

b. assessment of learning result           : individual.

–          Instrument

Written test, afektive

–          follow up

giving remidi to the student who failld

example test:

find root of each quadratic equation bellow :

Mataram, 7 juli 2009

Knowing

The Headmaster                                                                      The Teacher

(                       ) (                       )

NIP.                                                                                        NIP.

WORKSHEET

Known the general form of quadratic equation :

Will be decided roots of quadratic equation which is stated in p and q

1)      For a = 1

Notice that :

So, the result is a relation to two lines above, as well as :

b = p + q

c = p.q

the result is used to find out of roots of quadratic equation for a =1

example: find roots of quadratic equation bellow :

2)      For a

Notice that :

So, the result is a relation to two lines above, as well as :

b = …(… + …)

c = …(… …)

the result is used to find out of roots of quadratic equation for s

example: find roots of quadratic equation bellow :

LESSON PLAN

By: Muhammad Hakimayadi (E1R 006020)

Subject                                      : Mathematics

Grade                                        : VII

Standar of Competence            : Understanding properties of operation toward number and its use in problem solving.

Time Alocation                         : 1 x 40 Minutes

  1. Basic Competence

Doing Operation toward integers and fractions

  1. Indicators
    1. Giving the example for fraction
    2. The students can explain an equal fraction and in equal fraction
    3. Converting the ordinary fraction in to the mixed fraction
  1. Learning Objectives

After studying this lesson, The student will be able to understand the concept of fraction

  1. Media/Materials

Matematika Billingual SMP , Grade VII

Work sheet

  1. Methods/Approach

Direct instruction

Discussion

  1. Introduction
    1. Checking students knowledge  about fraction which have been obtained elementary school.
    2. Starting the lesson by giving students a real life problem related to fraction
    3. Giving the students motivation the important of learning fraction which will be used in real life
  1. Main Activities
    1. After giving the students the example of fraction, the teacher divides the students into several heterogen groups which consist 4-5 students each.
    2. Giving the Worksheet to each groups
    3. Giving time for discussion
    4. Observing each group while having discussion
    5. Asking the representative of each group for presenting their results before class.
    6. Making class as discussion place
    7. Teacher explains the discussion result in front of class and summarizing the lesson.
  1. Closing
    1. The teacher guides the student to make a conclusion about the lesson
    2. The teacher gives several exercise taking from text book

Students Worksheet

  1. Write down five fraction you know!
  2. Compare the numerator and denominator of each fraction you have wrote.

Is the numerator greater than denominator? If it is, the fraction is called in proper fraction

Is the numerator less then denominator? If it is, the fraction is called proper fraction

so, the in proper fraction is……..

The proper fraction is………………………

  1. Look at the fraction below:

a.      b.    c.   d.

The fractions above  include……………………

Doing the operation with dividing the numerator by denominator for each fraction above.

Example:

a.  it’s remaining is 2 we can write

doing for b, c, and d with similar steps.

The form  is called the mixed fraction

So, the inproper  fraction we can change into __________________________

  1. Look at the figure below:

a

The sadhed area above is ………..partition

b.

The shaded area above is…………….partition

Is the shaded area from both figures equal?

Is the empty area from both figures equal?

So the ___partition from ficture a and ___partition from ficture b are equal fraction

  1. Make the other equal fraction, you know.

Tuhan adalah arsitiek terbaik di dunia. Tuhan tlah mengatur semuanya..hidup, rizki, jodoh, telah ditata lebih baik dari perancang manapun

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!